Saturday, February 21, 2009

Ya’juj dan Ma’juj, Bangsa Perusak dan Kebinasaannya



Ya’juj dan Ma’juj, Bangsa Perusak dan Kebinasaannya
Penulis: Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi
Syariah, Tafsir, 12 - Maret - 2008, 05:47:18


حَتَّى إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ. وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَاوَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ
“Hingga apabila dibukakan (dinding) Ya`juj dan Ma`juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata): ‘Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zhalim’.” (Al-Anbiya`: 96-97)

Penjelasan Beberapa Mufradat Ayat
فُتِحَتْ
“Dibukakan.” Dibaca dengan takhfif tanpa tasydid. Sebagian membacanya dengan tasydid (فُتِّحَتْ). Ini adalah bacaan Ibnu ‘Amir, Abu Ja’far, dan Ya’qub. (Tafsir Al-Baghawi)
Dan yang dimaksud terbuka di sini adalah dinding yang menghalangi keluarnya Ya`juj dan Ma`juj.
يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ
Jumhur ulama membacanya tanpa hamzah (يَاجُوجُ وَمَاجُوجُ), adapun qira`ah ‘Ashim dengan hamzah yang disukun. Terjadi perselisihan apakah kedua nama ini berasal dari bahasa Arab ataukah bukan. Yang berpendapat bahwa keduanya dari bahasa Arab, mereka mengatakan bahwa keduanya berasal dari kata ajja (أَجَّ), yang berarti berkobar. Atau dari kata ujaaj (أُجَاجٌ), yang berarti air yang sangat asin. Atau dari kata al-ajj (الْأَجُّ), yang berarti melangkah dengan cepat. Atau Ma`juj berasal dari kata maaja (مَاجَ) yang berarti goncang. Setiap dari akar kata ini memiliki kesesuaian dengan sifat kaum Ya`juj dan Ma`juj tersebut. ” (Asyrathus Sa’ah, Yusuf Al-Wabil hal. 365-366)
حَدَبٍ
Hadab adalah tempat yang tinggi, seperti gunung dan tempat-tempat yang tinggi lainnya. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma dan Mujahid rahimahullahu bahwa beliau membacanya dengan lafadz (جَدَثٍ), dengan huruf jim dan di akhirnya adalah tsa` yang berarti kuburan. (Tafsir Al-Alusi dan Al-Baghawi)
الْوَعْدُ الْحَقُّ
“Janji yang benar.” Yang dimaksud dengan janji yang benar di sini adalah hari kiamat. Ini menunjukkan bahwa keluarnya Ya`juj dan Ma`juj merupakan penanda semakin dekatnya hari kiamat. Oleh karenanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan keluarnya mereka dengan tanda-tanda hari kiamat besar lainnya. Beliau bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَرَوْا عَشْرَ آيَاتٍ؛ طُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَيَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ، وَالدَّابَّةَ، وَثَلاَثَةَ خُسُوفٍ: خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَنَارٌ تَخْرُجُ مِنْ قَعْرِ عَدَنَ تَسُوقُ النَّاسَ أَوْ تَحْشُرُ النَّاسَ فَتَبِيتُ مَعَهُمْ حَيْثُ بَاتُوا وَتَقِيلُ مَعَهُمْ حَيْثُ قَالُوا 
“Tidak akan tegak hari kiamat sampai kalian melihat sepuluh tanda: terbitnya matahari dari tempat terbenamnya, Ya`juj dan Ma`juj, keluarnya binatang, tiga khusuf: di timur, di barat, dan di jazirah Arab, api yang keluar dari negeri Aden (kota di Yaman) yang menggiring manusia atau mengumpulkan manusia, di malam dan siang hari tetap bersama mereka di manapun mereka berada.” (HR. At-Tirmidzi no. 2183)

Penjelasan Ayat
Al-Allamah Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu berkata:
“(Ayat) ini merupakan peringatan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada manusia ketika mereka masih tetap berada di atas kekufuran dan kemaksiatan, bahwa sesungguhnya telah dekat terbukanya dinding Ya`juj dan Ma`juj. Keduanya adalah kabilah yang besar dari keturunan Adam. Dzulqarnain telah menutup mereka dengan dinding ketika dikeluhkan kepadanya tentang perbuatan merusak mereka di muka bumi. Pada akhir zaman nanti, dinding tersebut akan terbuka. Lalu mereka keluar menuju manusia dengan keadaan dan sifat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan dari setiap tempat yang tinggi, yaitu al-hadab. Lantas bergerak dengan cepat. Maka ini menunjukkan jumlah mereka yang sangat banyak bersamaan dengan gerakan mereka yang cepat di muka bumi. Apakah tubuh-tubuh mereka yang bergerak cepat atau dengan sesuatu yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan untuk mereka berupa sebab-sebab yang bisa ‘mendekatkan yang jauh dan memudahkan yang sulit’. Mereka menguasai manusia dan mengalahkan mereka di dunia. Tidak seorang pun mampu memerangi mereka. “Dan semakin dekatlah janji yang benar” yaitu hari kiamat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala janjikan kedatangannya dan janji-Nya adalah benar dan pasti. Maka pada hari itu engkau melihat pandangan orang-orang kafir menjadi terbelalak disebabkan rasa takut dan ngeri yang meliputi mereka serta berbagai goncangan yang menakutkan, yang dahulu mereka tidak mengetahui akibat dari pelanggaran dan dosa mereka. Merekapun berseru dengan kebinasaan, kesengsaraan, serta penyesalan terhadap apa yang telah lewat. Dan mereka mengatakan: ‘Sungguh kami telah lalai dari hari yang besar ini, kami masih terus tenggelam (dalam kelalaian), dan bersenang-senang dengan kelalaian dunia, sampai keyakinan (ajal) menjemput kami. Lalu kami mendatangi hari kiamat, yang kalau seseorang mati disebabkan karena menyesal tentu dia akan mati.’ “Bahkan kami dahulu termasuk orang-orang yang zhalim”, mereka pun telah mengakui perbuatan zhalim mereka dan keadilan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap mereka. Di saat itulah mereka diperintahkan menuju neraka, bersama apa yang mereka sembah.” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman)
Ayat ini menjelaskan tentang salah satu tanda kiamat besar yang akan terjadi di akhir zaman. Allah Subhanahu wa Ta’ala memperlihatkan sebuah kejadian besar yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Di antara kejadian besar tersebut adalah keluarnya dua bangsa yang memiliki banyak keturunan yang melakukan perbuatan-perbuatan yang belum pernah disaksikan oleh manusia sebelumnya. Mereka itulah yang disebut dengan bangsa Ya`juj dan Ma`juj. (Lihat Adhwa`ul Bayan, Asy-Syinqithi, 4/131)

Siapa dan Di Manakah Mereka?
Ada yang mengatakan bahwa mereka berasal dari keturunan Adam, bukan dari Hawa. Sebab tatkala Adam dalam keadaan junub, air maninya bercampur dengan tanah, sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan Ya`juj dan Ma`juj darinya. Namun pendapat ini tidak dibangun di atas hujjah yang shahih. Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu berkata: “Kami tidak melihat pendapat ini dari seorang pun dari kalangan salaf, kecuali dari Ka’b Al-Ahbar. Dan hal ini terbantahkan dengan hadits yang marfu’ bahwa mereka berasal dari keturunan Nuh ‘alaihissalam. Dan telah dipastikan bahwa Nuh berasal dari keturunan Hawa.” (Fathul Bari, 13/107)
Ibnu Katsir rahimahullahu juga berkata: “Ini adalah pendapat yang sangat aneh terlebih tidak disertai dengan dalil. Baik secara ‘aqli (rasio) maupun naqli (riwayat). Dan apa-apa yang dinukilkan sebagian ahlul kitab tidak bisa dijadikan sandaran di sini, dimana diketahui bahwa mereka meriwayatkan hadits-hadits palsu.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/105)
Hal ini juga dikuatkan dengan hadits yang diriwayatkan Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Wahai Adam.” Ia menjawab: “Aku penuhi panggilan-Mu dan kebaikan seluruhnya pada kedua tangan-Mu.” Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Keluarkanlah utusan penghuni neraka.” Adam bertanya: “Berapa banyak utusan (penghuni) neraka?” (Allah Subhanahu wa Ta’ala) berfirman: “Dari setiap seribu keluarkan 999 (dan satu ke dalam surga).” Maka di saat itu anak kecil beruban dan setiap wanita hamil akan mengeluarkan kandungannya, dan engkau melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah yang demikian pedih. (para shahabat) bertanya: “Lalu bagaimana kami dari satu (yang selamat) tersebut?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Bergembiralah, karena sesungguhnya satu orang dari kalian dan seribu orang dari Ya`juj dan Ma`juj.” (HR. Al-Bukhari no. 3170)
Adapun keberadaan mereka, telah disebutkan dalam ayat yang lain. Tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan apa yang dilakukan Dzulqarnain terhadap mereka untuk menghalangi kejahatan yang mereka lakukan terhadap manusia. Firman-Nya:
حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِنْ دُونِهِمَا قَوْمًا لاْ يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلاً. قَالُوا يَاذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي اْلأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَى أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا. قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا. آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ حَتَّى إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انْفُخُوا حَتَّى إِذَا جَعَلَهُ نَارًا قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا. فَمَا اسْطَاعُوا أَنْ يَظْهَرُوهُ وَمَا اسْتَطَاعُوا لَهُ نَقْبًا. قَالَ هَذَا رَحْمَةٌ مِنْ رَبِّي فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاءَ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقًّا
“Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan keduanya, suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata: ‘Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya`juj dan Ma`juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?’ Dzulqarnain berkata: ‘Apa yang telah dikuasakan oleh Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka bantulah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kalian dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi.’ Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain: ‘Tiuplah (api itu).’ Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: ‘Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu.’ Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya. Dzulqarnain berkata: ‘Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabbku, maka apabila sudah datang janji Rabbku Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabbku itu adalah benar’.” (Al-Kahfi: 93-98)
Dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ini, ada beberapa hal yang menjelaskan tentang keadaan mereka: 
- Mereka adalah bangsa yang melakukan kerusakan di muka bumi.
Dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 
إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مِنْ وَلَدِ آدَمَ وَلَوْ أُرْسِلُوا لَأَفْسَدُوا عَلَى النَّاسِ مَعَايِشَهُمْ وَلَنْ يَمُوتَ مِنْهُمْ رَجُلٌ إِلاَّ تَرَكَ مِنْ ذُرِّيَّتِهِ أَلْفًا فَصَاعِدًا
“Sesungguhnya Ya`juj dan Ma`juj dari keturunan Adam. Sekiranya mereka dilepas niscaya mereka akan merusak kehidupan manusia. Dan tidak mati salah seorang dari mereka melainkan ia meninggalkan dari keturunannya seribu atau lebih.” (HR. Ath-Thabarani dalam Al-Kabir dan Al-Ausath)
Al-Haitsami rahimahullahu menyatakan: “Para perawinya terpercaya.” (Majma’ Az-Zawa`id, 8/6) Al-Hafizh rahimahullahu berkata: “Diriwayatkan oleh ‘Abd bin Humaid dari hadits Abdullah bin Salam dengan sanad yang shahih.” (Fathul Bari, 13/106)
Namun Ibnu Katsir rahimahullahu berkata setelah menyebutkan hadits yang diriwayatkan oleh Ath-Thabarani rahimahullahu tersebut: “Ini adalah hadits gharib. Dan ada kemungkinan hadits ini dari perkataan Abdullah bin ‘Amr dari zamilatain (dua buah kitab yang beliau dapatkan pada perang Yarmuk yang di dalamnya berisi berita-berita Israiliyat).”
Juga diriwayatkan dari hadits Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Akan terbuka (dinding) Ya`juj dan Ma`juj sehingga mereka keluar sebagaimana yang difirmankan Allah ‘dari setiap ketinggian mereka bergerak dengan cepat’. Lalu mereka menguasai bumi. Dan kaum muslimin menjauhi mereka sehingga tinggallah kaum muslimin di kampung dan benteng-benteng mereka, lalu mereka kumpulkan hewan-hewan ternak bersama mereka. Sehingga tatkala mereka (Ya`juj dan Ma`juj) lewat di sebuah danau, mereka pun meminum (air) nya hingga tidak menyisakan sedikitpun. Maka orang yang terakhir dari mereka melewati bekasnya, lalu salah seorang dari mereka berkata: ‘Di tempat ini tadi ada air.’ Lalu merekapun mengalahkan penduduk bumi, lalu salah seorang dari mereka berkata: ‘Mereka ini penduduk bumi, kita telah selesai dari mereka. Maka kita akan mengalahkan penghuni langit.’ Sampai salah seorang dari mereka ada yang melemparkan tombaknya1 ke langit lalu kembali dalam keadaan berlumuran darah, lalu mereka berkata: “Kami telah membunuh penghuni langit.” Di saat mereka dalam keadaan demikian, seketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mengirim binatang-binatang seperti ulat, lalu menyerang leher (tengkuk) mereka. Mereka pun mati seperti matinya belalang, saling bertumpuk satu dengan yang lain. Sehingga kaum muslimin pun tidak mendengar lagi tentang perbuatan mereka. Lalu mereka mengatakan: ‘Siapakah orang yang mau mengorbankan dirinya untuk melihat apa yang mereka lakukan?’ Salah seorang dari mereka lalu keluar dengan siap merelakan dirinya untuk dibunuh oleh Ya`juj dan Ma`juj. Ternyata dia mendapati mereka (Ya`juj dan Ma`juj) sudah menjadi bangkai. Diapun berseru: ‘Bergembiralah, telah binasa musuh kalian.’
Manusia pun keluar lalu melepaskan hewan ternak mereka. Maka merekapun tidak mempunyai makanan kecuali daging-daging mereka (Ya`juj dan Ma`juj), sehingga menjadikan mereka gemuk seperti gemuk yang paling sempurna dari tumbuhan yang pernah ia makan.” (HR. Ibnu Majah no. 4079. Dishahihkan Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Ibnu Majah)
- Mereka terisolir di antara dua gunung, dan benteng yang mengisolir itu berasal dari besi yang bercampur dengan tembaga.
Namun tidak diketahui secara persis di daerah mana keberadaan dinding tersebut. Ada beberapa riwayat yang menyebutkan tentang hal ini, namun riwayat tersebut terdapat kelemahan dalam sanadnya. Al-Hafizh rahimahullahu juga menyebutkan sebuah kisah tentang Khalifah Al-Watsiq yang mengirim sebagian utusannya untuk meneliti dinding tersebut, namun beliau menyebutkan riwayat ini tanpa sanad. Wallahu a’lam. (Tafsir Ibnu Katsir, 3/105)
Al-Lajnah Ad-Da`imah (Komisi Tetap untuk Fatwa, Kerajaan Saudi Arabia) ditanya: “Siapakah Ya`juj dan Ma`juj? Dan di negeri manakah mereka? Apakah mereka ada di muka bumi?”
Al-Lajnah menjawab: “Ya`juj dan Ma`juj adalah keturunan Adam dari anak Yafits bin Nuh ‘alaihissalam. Mereka tinggal di benua Asia bagian utara Cina. Dan mereka ada di muka bumi seperti anak cucu Adam lainnya. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kekuatan, merusak di muka bumi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman menjelaskan sifat perjalanan Dzulqarnain menuju ujung timur dan apa yang beliau lakukan berupa perbaikan dalam perjalanan tersebut.” Lalu Al-Lajnah menyebut ayat 89-99 dari surat Al-Kahfi. (Lihat Fatawa Al-Lajnah Ad-Da`imah, 3/149-150)
Samahatus Syaikh Ibn Baz rahimahullahu juga ditanya tentang Ya`juj dan Ma`juj. Beliau menjawab: “Mereka berasal dari keturunan Adam, akan keluar pada akhir zaman. Mereka tinggal di arah timur. Bangsa At-Turk (Mongol) termasuk dari mereka, lalu mereka dibiarkan di luar dinding (benteng yang dibuat Dzulqarnain), dan tinggallah Ya`juj dan Ma`juj di balik dinding tersebut. Sedangkan bangsa Mongol di luar dinding. Ya`juj dan Ma`juj termasuk dari bangsa timur, ujung timur. Dan mereka akan keluar pada akhir zaman dari Cina dan sekitarnya, setelah keluarnya Dajjal dan turunnya Isa bin Maryam ‘alaihissalam. Sebab, mereka dibiarkan tinggal di sana tatkala Dzulqarnain membangun benteng, sehingga mereka berada di baliknya, sedangkan bangsa Mongol dan Tartar di luar benteng. Dan jika Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki keluarnya mereka kepada manusia, maka mereka keluar dari tempat mereka dan menyebar di muka bumi, lalu berbuat kerusakan. Lantas Allah Subhanahu wa Ta’ala kirimkan ulat-ulat kepada mereka di leher-leher mereka, sehingga merekapun mati seperti matinya satu jiwa seketika itu juga, sebagaimana yang telah shahih dari hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan Isa bin Maryam ‘alaihissalam bersama kaum muslimin membentengi diri dari mereka, sebab mereka keluar pada zaman Isa ‘alaihissalam setelah keluarnya Dajjal.” (Fatawa Asy-Syaikh Ibn Baz, 5: As`ilah Mutafarriqah wa Ajwibatuha, pertanyaan ketiga)

Faedah
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullahu ditanya: “Telah menyebar makalah dari Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu bahwa beliau berpendapat tentang telah munculnya Ya`juj dan Ma`juj dan bahwa mereka itu adalah penduduk Cina. Dan setelah merujuk ke tafsir beliau maka jelas bahwa Ya`juj dan Ma`juj akan keluar pada akhir zaman dan mereka melakukan perusakan di muka bumi, dan bahwa keluarnya mereka termasuk di antara tanda-tanda hari kiamat yang besar. Apakah Asy-Syaikh telah rujuk dari pendapatnya yang pertama ataukah beliau memiliki dua pendapat? Dan Anda sendiri, apa yang Anda kuatkan dalam masalah ini? Jazakumullah khairan.
Beliau menjawab: “Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu adalah syaikh kami. Dan apa yang dinisbahkan kepada beliau –bahwa Ya`juj dan Ma`juj adalah penduduk Cina dan yang berada di belakang pegunungan Qoqaz (Kaukasus2)– telah membuat kisruh. Sebenarnya beliau rahimahullahu tidak mengucapkan sesuatu kecuali berdasarkan dalil yang dibangun di atas Al-Kitab dan As-Sunnah, serta mengikuti ucapan orang sebelumnya (salaf, red.). Namun para pengikut hawa nafsu mencari-cari alasan yang lemah seperti lemahnya sarang laba-laba untuk mengotori kehormatan orang yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala beri keutamaan. Sehingga mereka hasad dan dengki kepada beliau. Syaikh kami tersebut rahimahullahu tidak pernah menyatakan bahwa Ya`juj dan Ma`juj yang keluar pada akhir zaman adalah yang telah muncul sekarang. Dan tidak mungkin hal itu diucapkan oleh seorang yang berakal, terlebih lagi seorang alim yang termasuk paling alim di zaman itu –semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati beliau. Beliau hanya mengatakan bahwa Ya`juj dan Ma`juj itu ada. Dan Al-Qur`an menjelaskan hal tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang Dzulqarnain (lalu beliau menyebut ayat-ayat dalam surat Al-Kahfi yang tersebut di atas, lalu berkata): “Jadi, mereka ada atau tidak ada? Tentu mereka ada, mereka merusak di muka bumi….” (dari kaset Silsilah Liqa` Babil Maftuh, kaset no. 60, sisi yang kedua)
Wallahu a’lam bish-shawab.

1 Dalam riwayat lain, HR. Ibnu Majah no. 4080, dengan anak panah. (red)
2 Memang ada yang berpendapat bahwa pegunungan inilah yang merupakan “benteng” dimaksud. Deretan pegunungan ini memanjang tanpa celah dari laut Hitam hingga laut Kaspia sepanjang lebih dari 1.200 km. Kecuali pada bagian kecil dan sempit yang disebut celah Darial (terletak di negara Georgia) sepanjang kurang lebih 100 meter. Pada bagian celah itulah diduga penghalang dari Ya`juj dan Ma`juj itu dibangun. Wallahu a’lam.




Silahkan mengcopy dan memperbanyak artikel ini
dengan mencantumkan sumbernya yaitu : www.asysyariah.com

langgeng.js
© 2009-2018