Saturday, February 21, 2009

Turunnya Nabi Isa ‘alaihissalam di Akhir Zaman, Sebuah Akidah yang Wajib Diimani



Turunnya Nabi Isa ‘alaihissalam di Akhir Zaman, Sebuah Akidah yang Wajib Diimani
Penulis: Al-Ustadz Qomar ZA, Lc
Syariah, Kajian Utama, 15 - November - 2007, 01:59:36


Muara dari kisah Nabi Isa ‘alaihissalam masih samar bagi sebagian kaum muslimin. Terlebih hal ini terancukan oleh keyakinan Nasrani yang meyakini bahwa Isa telah wafat karena disalib. Bagaimana kisah sebenarnya dari nabi Isa ‘alaihissalam ini?

Siapakah Isa Al-Masih1?
Dia adalah Isa Ibnu (putra) Maryam, seorang hamba Allah (Abdullah) dan utusan-Nya (Rasulullah) serta Nabi-Nya. Hal itu sebagaimana diungkapkan oleh Nabi Isa ‘alaihissalam sendiri, seperti yang dikisahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat-ayat Al-Qur`an:
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا. وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ ‎وَأَوْصَانِي بِالصَّلاَةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا. وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا. وَالسَّلاَمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوْتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا. ذَلِكَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيْهِ يَمْتَرُوْنَ. مَا كَانَ لِلَّهِ أَنْ يَتَّخِذَ مِنْ وَلَدٍ سُبْحَانَهُ إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُوْلُ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنُ. وَإِنَّ اللهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوْهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيْمٌ. فَاخْتَلَفَ اْلأَحْزَابُ مِنْ بَيْنِهِمْ فَوَيْلٌ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْ مَشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيْمٍ
“Berkata Isa: ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup, serta berbakti kepada ibuku. Dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.’ Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: ‘Jadilah,’ maka jadilah ia. Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabbmu, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus. Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar.” (Maryam: 30-37) 
إِنْ هُوَ إِلاَّ عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلاً لِبَنِي إِسْرَائِيْلَ
“Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil.” (Az-Zukhruf: 59)
مَا الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلاَّ رَسُوْلٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيْقَةٌ كَانَا يَأْكُلاَنِ الطَّعَامَ انْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ اْلآيَاتِ ثُمَّ انْظُرْ أَنَّى يُؤْفَكُوْنَ
“Al-Masih putera Maryam hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang membenarkan, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memerhatikan ayat-ayat Kami itu).” (Al-Ma`idah: 75)
Ayat yang menegaskan demikian cukup banyak, apa yang disebutkan sudah cukup menjelaskan siapakah Nabi Isa ‘alaihissalam. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ubadah ibnush Shamit radhiyallahu ‘anhu juga disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَأَنَّ عِيْسَى عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِنْهُ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ عَلىَ مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ 
“Barangsiapa bersaksi bahwa tiada ilah yang benar kecuali Allah satu-satu-Nya, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad hamba dan Rasul-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba dan Rasul-Nya serta kalimat-Nya yang Allah lontarkan kepada Maryam, dan bahwa surga itu benar dan neraka itu benar, maka Allah akan memasukkannya ke dalam Al-Jannah sesuai dengan amalnya.” (Shahih, HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan demikian, Nabi Isa ‘alaihissalam sama sekali tidak memiliki sifat-sifat ketuhanan, sehingga tidak berhak untuk diibadahi atau dipertuhankan. Sebagaimana juga beliau adalah seorang rasul yang berhak untuk mendapatkan hak-haknya sebagai rasul, sehingga harus diimani kerasulannya, dicintai dan dihormati yang semua itu tidak melebihi kedudukannya sebagai manusia. Tidak boleh pula dihinakan atau dilecehkan, lebih-lebih dikatakan sebagai anak zina.

Sifat Fisik Nabi Isa ‘alaihissalam
Beliau adalah seorang lelaki yang postur tubuhnya tidak tinggi tidak pula pendek, kulitnya kemerahan, dadanya bidang2, rambutnya lurus, melebihi ujung telinganya, telah beliau sisir dan memenuhi antara dua pundaknya3. Rambutnya meneteskan air seolah-olah baru keluar dari kamar mandi4.

Sikap yang benar terhadap Nabi Isa
Sesungguhnya Nabi yang mulia ini memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam. Namun tidak diketahui oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani atau mereka pura-pura bodoh terhadapnya dalam realita mereka, atau dalam keyakinan serta tulisan-tulisan mereka. Islam telah memenuhi kedudukan mulia tersebut, menetapkannya dengan sebaik-baiknya, serta menyempurnakannya. Islam juga bersikap obyektif dalam banyak ayat yang jelas dan mulia. Hanya apa yang ditetapkan Islam itulah yang dapat diterima oleh akal yang sehat, bukan selainnya. (Mauqiful Islam Min ‘Isa ‘alaihissalam, hal. 3)
Sikap yang benar terhadap Nabi Isa ‘alaihissalam adalah meyakini bahwa beliau adalah Hamba Allah dan Rasul-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala utus beliau kepada Bani Israil, ia tercipta dengan kalimat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Allah Subhanahu wa Ta’ala lontarkan kepada Maryam, beliau adalah salah satu Ulul ‘Azmi dari kalangan para Rasul, berbagai keistimewaan Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepadanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan dengan sebuah kalimat-Nya yang ditujukan kepada Maryam yaitu kata ‘kun’ (jadilah), sehingga jadilah sebuah janin pada perut Maryam, wanita mulia lagi shalihah yang tidak pernah terjamah siapapun. Ia dapat berbicara saat bayinya, Allah Subhanahu wa Ta’ala beri mukjizat berupa menghidupkan orang mati dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala, menyembuhkan orang dari penyakit sopak dan bisu, serta dapat memberi tahu apa yang dimakan oleh orang-orang dan apa yang disimpan di rumah mereka. (Sebagaimana tercantum dalam surat Ali Imran: 45-50)
Atas dasar segala keistimewaan yang ada tersebut maka kita mengimaninya, mencintai, dan menghormatinya. Namun dengan segala keistimewaan yang ada tersebut, beliau tetaplah sebagai manusia yang tidak memiliki sifat-sifat ketuhanan sehingga tidak boleh dipertuhankan, bukan Tuhan atau Anak Tuhan atau salah satu dari tiga unsur Tuhan.

Sikap ekstrem Nasrani
Orang-orang Nasrani yang mengaku sebagai pengikut Nabi Isa meyakini bahwa Nabi Isa adalah sebagai Tuhan atau Anak Tuhan, atau dia adalah Tuhan anak yang merupakan salah satu dari tiga unsur trinitas, yaitu Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Ruhul Qudus. Masing-masing berbeda dari yang lain, akan tetapi ketiganya merupakan Tuhan yang satu.
Keyakinan semacam ini terhadap Nabi Isa ‘alaihissalam tentu keyakinan ekstrem, yang teramat keliru menurut agama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dibawa para rasul, termasuk yang dibawa Nabi Isa ‘alaihissalam itu sendiri. Di mana keyakinan semacam ini artinya mendudukkan Nabi Isa ‘alaihissalam bukan pada tempatnya, melebihi posisinya sebagai seorang manusia. Nabi Isa sendiri sangat mengingkari keyakinan ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan:
وَإِذْ قَالَ اللهُ يَا عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ ءَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُوْنِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُوْنِ اللهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُوْنُ لِي أَنْ أَقُوْلَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلاَ أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ. مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلاَّ مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا مَا دُمْتُ فِيْهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيْبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: ‘Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan/sesembahan selain Allah?’.” Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan) nya yaitu: ‘Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu’, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.” (Al-Ma`idah: 116-117)
Ini merupakan salah satu kekafiran dan kesesatan terbesar, karena hal itu merupakan puncak celaan terhadap kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala, keagungan serta rububiyah-Nya. Tidak ada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala melainkan makhluk-Nya yang tunduk kepada keagungan dan kebesaran-Nya, serta terbebani beban ibadah kepada-Nya. (Mauqiful Islam Min ‘Isa)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيْحُ ابْنُ اللهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُوْنَ قَوْلَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللهُ أَنَّى يُؤْفَكُوْنَ
“Orang-orang Yahudi berkata: ‘Uzair itu putera Allah’ dan orang Nasrani berkata: ‘Al-Masih itu putera Allah.’ Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?” (At-Taubah: 30)
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوا إِنَّ اللهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيْحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيْلَ اعْبُدُوا اللهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِيْنَ مِنْ أَنْصَارٍ. لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوا إِنَّ اللهَ ثَالِثُ ثَلاَثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلاَّ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُوْلُوْنَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: ‘Sesungguhnya Allah adalah Al-Masih putera Maryam’, padahal Al-Masih (sendiri) berkata: ‘Hai Bani Israil, sembahlah Allah Rabbku dan Rabbmu.’ Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: ‘Bahwasanya Allah adalah salah satu dari yang tiga’, padahal sekali-kali tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Ilah Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (Al-Ma`idah: 72-73)
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا. لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا. تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ اْلأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا. أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا. وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا. إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ إِلاَّ آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا
“Dan mereka berkata: ‘Rabb Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.’ Sesungguhnya kamu telah mendatangkan suatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Rabb Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Rabb Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.” (Maryam: 88-93)
Dalam Injil-pun terdapat bantahan terhadap aqidah ini. Di mana disebutkan di dalam seluruh kitab Injil bahwa Isa adalah putra Maryam dan menimpanya apa yang menimpa manusia. Di antaranya bahwa ia menjadi ada setelah ketiadaan, butuh makan dan minum, merasa letih dan ia tidur bahkan mati5, serta sifat-sifat kemanusiaan lainnya. (Dirasat fil Adyan, Su’ud Al-Khalaf hal. 136)
Terdapat pula ucapan-ucapan Nabi Isa ‘alaihissalam dalam Injil bahwa ia adalah seorang Rasul (utusan). Dalam Injil Matius (10/40) Nabi Isa mengatakan: ”Siapa yang menerima kalian berarti ia menerima aku, dan siapa yang menerima aku berarti menerima yang mengutusku.” (Dirasat fil Adyan, Su’ud Al-Khalaf, hal. 136)
Hal ini sesuai dengan apa yang disebutkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur`an:
مَا الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلاَّ رَسُوْلٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيْقَةٌ كَانَا يَأْكُلاَنِ الطَّعَامَ انْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ اْلآيَاتِ ثُمَّ انْظُرْ أَنَّى يُؤْفَكُوْنَ
“Al-Masih putera Maryam hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang membenarkan, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memerhatikan ayat-ayat Kami itu).” (Al-Ma`idah: 75)
Ia juga mengajak untuk beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Disebutkan dalam Injil Matius (4/10) bahwa Nabi Isa mengatakan: “Untuk Rabb sesembahanmu kamu melakukan sujud, dan hanya kepada-Nya kamu beribadah.” (Dirasat fil Adyan, Su’ud Al-Khalaf, hal. 138)
Dalam Injil Yohanes, Al-Masih mengatakan: “Inilah kehidupan yang abadi, yaitu agar mereka tahu bahwa Engkaulah sesembahan yang sesungguhnya, satu-satu-Nya, sedangkan Yesus Al-Masih, dialah yang Engkau utus.” (Dirasat fil Adyan, Su’ud Al-Khalaf, hal. 138)
Ini sesuai dengan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala kisahkan tentang Al-Masih bahwa beliau mengatakan:
إِنَّ اللهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوْهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيْمٌ
“Sesungguhnya Allah, Rabbku dan Rabb kalian, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus.” (Ali ‘Imran: 51)

Sikap tafrith (meremehkan) Kaum Yahudi terhadap Nabi Isa ‘alaihissalam
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَاخْتَلَفَ اْلأَحْزَابُ مِنْ بَيْنِهِمْ فَوَيْلٌ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْ مَشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيْمٍ
“Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar.” (Maryam: 37)
Dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala terangkan perbedaan pendapat manusia tentang Nabi Isa ‘alaihissalam, padahal telah Allah Subhanahu wa Ta’ala terangkan dengan begitu jelas siapakah sebenarnya beliau. Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan ketika menafsirkan ayat tersebut: “Yakni ucapan Ahlul kitab saling berselisih tentang Nabi Isa setelah kejelasan siapakah sebenarnya beliau dan setelah jelasnya keadaan beliau, bahwa beliau adalah hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya dan kalimat-Nya yang Allah Subhanahu wa Ta’ala lontarkan kepada Maryam serta roh dari-Nya. Maka sekelompok dari mereka, yaitu mayoritas Yahudi –semoga Allah melaknati mereka– menetapkan bahwa Isa adalah anak zina dan mereka mengatakan bahwa ucapan Isa (ketika bayi) adalah sihir. Sedangkan sekelompok yang lain (sebagian orang Nasrani, pent), mengatakan: ‘Yang bicara itu sesungguhnya hanyalah Allah’, yang lain mengatakan: ‘Bahkan itu anak Allah’, yang lain mengatakan: ‘Itu adalah salah satu dari tiga unsur tuhan (trinitas)’, Yang lain mengatakan: ‘Dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya’. Dan itulah kebenaran yang Allah Subhanahu wa Ta’ala bimbing kaum mukminin kepadanya.” (Tafsir Al-Qur`anul ‘Azhim, 3/127)
Dalam surat An-Nisa ayat 156 disebutkan:
وَبِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلَى مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيْمًا
“Dan karena kekafiran mereka (terhadap ‘Isa), dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar.”
Ditafsirkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dan yang lain bahwa maksudnya adalah orang Yahudi menuduh Maryam berzina.
Ibnu Katsir rahimahullahu menjelaskan: “Dan itu sangat nampak dalam ayat, bahwa Yahudi menuduh putra Maryam dan Maryam dengan berbagai tuduhan besar, sehingga menganggap bahwa Maryam adalah pelacur dan mengandung anak hasil zina. Sebagian mereka menambahkan tuduhan bahwa ia melakukan zina dalam keadaan haid. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala timpakan pada mereka laknat-Nya yang berturut-turut, sampai hari kiamat.” (Tafsir Al-Qur`anul ‘Azhim, 1/574)
Ucapan orang-orang Yahudi itu tentu sangat berlebihan. Sebuah penghinaan yang sangat tidak pantas ditujukan pada manusia umumnya, lebih-lebih kepada seorang Nabi dan Rasul pilihan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala muliakan dengan berbagai kemuliaan, salah satu dari ulul azmi. Padahal beliau membenarkan kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa ‘alaihissalam untuk kaum Yahudi.
Dalam hal ini, Yahudi berada pada kutub yang sangat berlawanan dengan ucapan orang Nasrani.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membantah bualan orang Yahudi itu dalam ayat-ayat-Nya mulia:
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا. فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُوْنِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوْحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا. قَالَتْ إِنِّي أَعُوْذُ بِالرَّحْمَنِ مِنْكَ إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا. قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُوْلُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلاَمًا زَكِيًّا. قَالَتْ أَنَّى يَكُوْنُ لِي غُلاَمٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا. قَالَ كَذَلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً لِلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِنَّا وَكَانَ أَمْرًا مَقْضِيًّا فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا
“Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-Qur`an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus malaikat kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata: ‘Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Rabb Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.’ Ia (Jibril) berkata: ‘Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Rabbmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.’ Maryam berkata: ‘Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!’ Jibril berkata: ‘Demikianlah. Rabbmu berfirman: ‘Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.’ Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (Maryam: 16-22)
Sampai pada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
فَأَتَتْ بِهِ قَوْمَهَا تَحْمِلُهُ قَالُوا يَا مَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا. يَا أُخْتَ هَارُوْنَ مَا كَانَ أَبُوْكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ قَالُوا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا. قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا. وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ ‎وَأَوْصَانِي بِالصَّلاَةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا. وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا. وَالسَّلاَمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوْتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا. ذَلِكَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيْهِ يَمْتَرُوْنَ
“Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: ‘Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina’, maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: ‘Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?’ Berkata Isa: ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.’ Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.” (Maryam: 27-34)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menerangkan hakikat penciptaan Isa.

Diangkatnya Nabi Isa ‘alaihissalam dan bahwa Beliau belum Wafat
Orang-orang Yahudi mengklaim bahwa mereka telah membunuh Nabi Isa ‘alaihissalam dan mereka berbangga dengan itu. Mereka berkeyakinan bahwa orang yang terbunuh dengan disalib adalah orang yang mendapatkan laknat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tapi sungguh aneh dan disayangkan bahwa orang-orang Nasrani pun meyakini kematian Nabi Isa di tiang aslib. Ini semua karena kebodohan mereka akan hakikat apa yang terjadi pada Nabi Isa. Lebih dari itu, mereka meyakini bahwa beliau dengan kematiannya yang tersalib adalah sebagai penebus dosa-dosa anak manusia karena kesalahan Nabi Adam ‘alaihissalam. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah ampuni Adam jauh-jauh hari sebelum lahirnya Isa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَى
“Kemudian Rabbnya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.” (Thaha: 122)
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membantah semua itu melalui ayat-ayat-Nya yang mulia:
وَبِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلَى مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيْمًا. وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيْحَ عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُوْلَ اللهِ وَمَا قَتَلُوْهُ وَمَا صَلَبُوْهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوا فِيْهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلاَّ اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوْهُ يَقِيْنًا. بَلْ رَفَعَهُ اللهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا. وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلاَّ لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُوْنُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا
“Dan karena kekafiran mereka (terhadap ‘Isa), dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina), dan karena ucapan mereka: ‘Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah’, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” (An-Nisa`: 156-159)
Di antara pengekor Yahudi dan Nasrani dalam hal kematian Isa adalah aliran Ahmadiyah-Qadyaniyyah yang telah divonis kafir oleh para ulama dan lembaga-lembaga Islam. Mereka meyakini demikian demi mencapai misi mereka, yaitu untuk menyatakan bahwa nanti yang dibangkitkan bukanlah Isa yang sesungguhnya karena ia telah wafat, tapi yang dibangkitkan adalah orang yang serupa Isa. Mereka maksudkan adalah pemimpin mereka yaitu Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadyani. Mereka sempat berdalil dengan beberapa ayat yang dianggap oleh mereka mendukung keyakinan sesat mereka. Akan datang nanti, insya Allah, bantahannya.
Dari keterangan di atas nyatalah bahwa Isa belum meninggal, bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala angkat menuju kepada-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menyatakan:
وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللهُ وَاللهُ خَيْرُ الْمَاكِرِيْنَ. إِذْ قَالَ اللهُ يَا عِيْسَى إِنِّي مُتَوَفِّيْكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْكَ فَوْقَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيْمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Ingatlah), ketika Allah berfirman: ‘Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya’.” (Ali ‘Imran: 54-55)
Mereka bermakar, yakni hendak membunuh Nabi Isa ‘alaihissalam dan memadamkan cahaya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antara yang menunjukkan bahwa beliau masih hidup adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلاَّ لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُوْنُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا
“Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” (An-Nisa`: 159)
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan bahwa maksudnya adalah beriman dengan Nabi Isa sebelum kematian beliau. (Riwayat Ibnu Jarir rahimahullahu dan sanadnya dishahihkan Ibnu Hajar rahimahullahu. Lihat Fathul Bari, 4/492)
Al-Hasan rahimahullahu mengatakan: “Maksudnya sebelum kematian Isa. Demi Allah, sungguh dia sekarang hidup di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, tapi bila beliau turun nanti semuanya akan beriman.” (Tafsir Ath-Thabari, dinukil dari Asyrathus Sa’ah hal. 346)

Turunnya Nabi Isa ‘alaihissalam dan Itu Sebagai Tanda Hari Kiamat
Tentang turunnya Nabi Isa ‘alaihissalam telah disebutkan oleh ayat Al-Qur`an yang sekaligus menunjukkan bahwa itu sebagai salah satu tanda hari kiamat. Di antara dalil yang menunjukkan demikian adalah:
إِنْ هُوَ إِلاَّ عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلاً لِبَنِي إِسْرَائِيلَ. وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلاَئِكَةً فِي اْلأَرْضِ يَخْلُفُوْنَ. وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ فَلاَ تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُوْنِ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيْمٌ
“Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. Dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun. Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar adalah tanda bagi hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.” (Az-Zukhruf: 59-61)
“Dan sesungguhya Isa itu adalah tanda bagi hari kiamat”, maksudnya adalah bahwa turunnya Isa termasuk tanda-tanda hari kiamat, dan dengan itu diketahui bahwa kiamat sudah dekat. Demikian menurut penafsiran Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, Adh-Dhahhak, dan As-Suddi. (Zadul Masir, 7/325, Al-Qurthubi, 16/105). Dan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma membacanya dengan لَعَلَمٌ yang berarti tanda.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentang tafsir “Dan sungguh Isa itu adalah tanda bagi hari kiamat’, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan:
نُزُوْلُ عِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ مِنْ قَبْلِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Itu adalah turunnya Isa bin Maryam sebelum hari kiamat.” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahih-nya. Bab Al-Bayan bi anna Nuzul Isa ibni Maryam min A’lamis Sa’ah, 15/228 no. 6817)
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلاَّ لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُوْنُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا
“Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” (An-Nisa`: 159)
Telah lewat tafsir Al-Hasan rahimahullahu terhadap ayat ini.
Adapun hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka cukup banyak yang menunjukkan akan turunnya Isa bahkan sampai kepada derajat mutawatir, sebagaimana disebutkan oleh para ulama hadits dan yang lain, seperti Ibnu Jarir, Ath-Thabari, Ibnu Katsir, Shiddiq Hasan Khan, Anwar Syah Al-Kasymiri, Al-Azhim Abadi, Asy-Syaikh Al-Albani6, dan akan kita sebutkan nanti sebagian ucapan mereka. Dan di sini saya akan sebutkan sebagian hadits tersebut.
1. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia mengatakan: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَيُوْشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيْكُمُ بْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَدْلاً فَيَكْسِرَ الصَّلِيْبَ وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيْرَ وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ وَيَفِيْضَ الْمَالُ حَتَّى لاَ يَقْبَلَهُ أَحَدٌ حَتَّى تَكُوْنَ السَّجْدَةُ الْوَاحِدَةُ خَيْرًا مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا. ثُمَّ يَقُوْلُ أَبُوْ هُرَيْرَةَ: وَاقْرَؤُوا إِنْ شِئْتُمْ {وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلاَّ لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُوْنُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا}
“Demi Yang jiwaku ada di tangan-Nya, hampir-hampir akan turun di tengah-tengah kalian Ibnu (putra) Maryam, sebagai hakim yang adil. Ia memecahkan salib, membunuh babi, dan meletakkan (tidak memungut, pent.) jizyah, dan harta ketika itu melimpah tidak seorang pun menerimanya, sehingga satu sujud menjadi lebih baik daripada dunia dan apa yang ada padanya.” Abu Hurairah mengatakan: Bacalah bila kalian mau, ayat (artinya): Dan tidaklah seorang pun dari ahlul kitab kecuali akan benar-benar beriman kepadanya sebelum kematiannya, dan di hari kiamat nanti ia akan menjadi saksi bagi mereka.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 3264, 3/1272. Bab 50 Nuzul Isa bin Maryam ‘alaihissalam; Muslim no. 155, 1/135 Bab 71 Nuzul Isa bin Maryam Hakiman bi Syari’ati Nabiyyina Muhammad. Ini adalah lafadz Al-Bukhari)
2. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia mengatakan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ بْنُ مَرْيَمَ فِيْكُمْ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ 
“Bagaimana kalian bila turun putra Maryam di tengah-tengah kalian dan imamnya dari kalian.” (HR. Al-Bukhari, Kitab Ahaditsul Anbiya` Bab 49 Nuzul Isa ibn Maryam no. 3449; Muslim Kitabul Iman 1/135 no. 390, Bab 71 Nuzul Isa bin Maryam Hakiman bi Syari’ati Nabiyyina Muhammad cet. Darul Ma’rifah)
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma ia mengatakan: Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُوْنَ عَلىَ الْحَقِّ ظَاهِرِيْنَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. قَالَ: فَيَنْزِلُ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلاَمِ فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمْ: تَعَالَ صَلِّ لَنَا. فَيَقُوْلُ: لاَ إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلىَ بَعْضٍ أُمَرَاءُ تَكْرِمَةَ اللهِ هَذِهِ اْلأُمَّةَ
“Masih tetap sekelompok dari umatku mereka berperang di atas kebenaran, mereka unggul sampai pada hari kiamat.” Beliau besabda: “Lalu turunlah Isa bin Maryam, lalu pemimpin kaum muslimin mengatakan: ‘Kemari, jadilah imam kami.’ Maka ia menjawab: ‘Sesungguhya sebagian kalian pemimpin atas sebagian yang lain sebagai kemuliaan Allah atas umat ini’.” (Shahih, HR. Muslim, 2/368 Bab 71 Nuzul Isa bin Maryam Hakiman bi Syari’ati Nabiyyina Muhammad; Ibnu Hibban, no. 6819, 15/231, Bab Al-Bayan bi Anna Imama Hadzihil Ummah ‘inda Nuzul ‘Isa bin Maryam Yakunu minhum duna an yakuna ‘Isa Imamahm fi Dzalika Az-Zaman)
Dari Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
اطَّلَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْنَا وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ فَقَالَ: مَا تَذَاكَرُوْنَ؟ قَالُوا: نَذْكُرُ السَّاعَةَ. قَالَ: إِنَّهَا لَنْ تَقُوْمَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ؛ فَذَكَرَ الدُّخَانَ وَالدَّجَّالَ وَالدَّابَّةَ وَطُلُوْعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَنُزُوْلَ عِيْسَى بْنِ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَيَأَجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ وَثَلاَثَةَ خُسُوْفٍ خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ بِجَزِيْرَةِ الْعَرَبِ وَآخِرُ ذَلِكَ نَارٌ تَخْرُجُ مِنَ الْيَمَنِ تَطْرُدُ النَّاسَ إِلَى مَحْشَرِهِمْ
Rasulullah melihat kami dalam keadaan kami sedang saling mengingat, maka beliau mengatakan: “Sedang saling mengingatkan apa kalian? Mereka menjawab bahwa kami sedang saling mengingat hari kiamat. Beliau mengatakan: Kiamat tidak akan bangkit sehingga kalian melihat 10 tanda, lalu beliau menyebut: Asap, dajjal, binatang, terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam, Ya`juj dan Ma`juj, 3 peristiwa tenggelamnya (suatu daerah, -pent) ke dalam bumi, di daerah barat, di daerah timur, dan di jazirah Arab, yang terakhir adalah api yang muncul dari negeri Yaman yang menggiring manusia ke tempat berkumpulnya mereka.” (Shahih, HR. Muslim, Kitabul Fitan Wa Asyrathus Sa’ah, Bab Fil Ayat Allati Takunu Qabla As-Sa’ah, 18/234 no. 7214. Cet. Darul Ma’rifah. Hadits ini diriwayatkan pula oleh yang lain)
Atas dasar dalil-dalil yang ada maka kaum muslimin bersepakat akan turunnya Nabi Isa ‘alaihissalam di akhir zaman, sebagaimana keterangan para ulama berikut ini:
Ibnu ‘Athiyyah rahimahullahu mengatakan: “Umat telah berijma’ atas apa yang terkandung dalam hadits yang mutawatir, bahwa Isa hidup di langit dan bahwa ia akan turun di akhir zaman. Lalu ia akan membunuh babi dan memecah salib, membunuh Dajjal, melimpahkan keadilan dan agama akan unggul –yaitu agama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam– dan beliau akan haji dan tinggal di bumi selama 24 tahun, dan dikatakan pula selama 40 tahun.” (Tafsir Al-Muharrar Al-Wajiz, 3/143)
As-Safarini rahimahullahu mengatakan: “Umat telah berijma’ akan turunnya Isa dan tidak ada yang menyelisihinya dari ahlu syariah (pengikut syariah). Yang mengingkari hanyalah para filosof dan atheis, yang tidak diperhitungkan penyelisihannya. Dan telah terdapat ijma’ pula bahwa ia turun dan berhukum dengan syariat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan dengan syariat yang tersendiri saat turunnya.” (Lawami’ Al-Anwar, 2/94-95)
Di antara yang menukilkan ijma’ juga adalah Al-Munawi rahimahullahu dalam kitabnya Faidhul Qadir. (Lihat Iqamatul Burhan)
Dengan ini, maka hal ini menjadi aqidah muslimin. Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Al-Azhim Abadi mengatakan: “Telah mutawatir berita dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal turunnya Isa bin Maryam ‘alaihissalam dari langit dengan jasadnya ke bumi saat mendekati terjadinya kiamat. Dan ini adalah mazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah.” (‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud, 11/457)
Demikian pula kita dapati para ulama yang menuliskan aqidah Ahlus Sunnah, mereka menyebutkan bahwa keyakinan ini sebagai salah satu aqidah Ahlus Sunnah. Sebagai contoh, Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullahu dalam kitabnya Ushulus Sunnah, Al-Barbahari rahimahullahu dalam kitabnya Syarhus Sunnah, Abul Hasan Al-Asy’ari rahimahullahu dalam kitabnya Maqalat Islamiyyin, Ath-Thahawi rahimahullahu dalam kitabnya ‘Aqidah Thahawiyyah, Ibnu Abi Zaid Al-Qairuwani rahimahullahu dalam Risalah-nya, Abu Ahmad bin Husain Asy-Syafi’i rahimahullahu yang dikenal dengan Ibnul Haddad dalam kitab Aqidah-nya, serta Ibnu Qudamah rahimahullahu dalam Aqidah-nya.

1 Mengapa disebut Al-Masih? Dari kata “Ma-sa-ha” yang artinya menghapus atau mengusap. Ibnul Atsir rahimahullahu menjelaskan: Telah berulang-ulang penyebutan “Al-Masih ‘alaihissalam” dan penyebutan “Al-Masih Ad-Dajjal”. Adapun Isa dinamakan demikian karena beliau tidak pernah mengusap seorang yang cacat kecuali mesti sembuh. Pendapat lain: “Karena telapak kaki beliau tidak cekung”, atau “karena beliau lahir dari ibunya dalam keadaan diusap dengan minyak”, atau “karena beliau mengusap bumi” artinya memotong jarak yang jauh, atau artinya “yang sangat jujur”, atau “Dia dalam bahasa Ibrani disebut ‘Masyih’ lalu diarabkan menjadi ‘Masih’.” 
Adapun Dajjal disebut Al-Masih, karena matanya yang satu terhapus, pendapat lain: “yang mengusap bumi artinya yang memotong jarak yang jauh”, “yang fisiknya jelek”. (An-Nihayah, 4/326-327)
2 Shahih, HR. Al-Bukhari dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
3 Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma.
4 Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
5 Demikian tersebut dalam Injil. Adapun kaum muslimin meyakini bahwa beliau belum mati bahkan diangkat menuju kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana akan kami jelaskan dalam pembahasan mendatang, insya Allah.
6 Bisa dilihat nukilan ucapan-ucapan mereka dalam kitab Asyrathus Sa’ah hal. 350-352.




Silahkan mengcopy dan memperbanyak artikel ini
dengan mencantumkan sumbernya yaitu : www.asysyariah.com

langgeng.js
© 2009-2018