Saturday, February 21, 2009
Al-Masih Versi Yahudi dan Nasrani
Al-Masih Versi Yahudi dan Nasrani
Penulis: Al-Ustadz Qomar ZA, Lc
Syariah, Kajian Utama, 15 - November - 2007, 08:15:22
Keyakinan akan munculnya Al-Masih di akhir zaman juga diakui Yahudi dan Nasrani. Namun tentu saja keyakinan mereka menyimpang dari kebenaran (Islam) yang kemudian mewujud menjadi kekufuran terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Yahudi
Di antara aqidah Yahudi, mereka meyakini kemunculan seseorang yang diklaim bakal mengembalikan kejayaan mereka. Mereka menyebutnya “Al-Masih Al-Muntazhar” yakni Al-Masih yang dinanti. Dalam keyakinan mereka, orang tersebut berasal dari keluarga Nabi Dawud, yang nantinya akan menundukkan umat, memperbudak mereka, dan mengembalikan kejayaan Yahudi. Serta berbagai keyakinan dan harapan yang dibumbui bermacam-macam kedustaan sebagaimana tertera dalam kitab Talmud mereka. Aqidah ini terus mereka yakini hingga saat ini, terbukti dengan tercantumnya hal itu dalam Protokolat Yahudi Zionis. (Dirasat fil Adyan, hal. 265, Badzlul Majhud, 1/227)
Nasrani
Orang-orang Nasrani juga meyakini akan munculnya Al-Masih di akhir zaman meskipun mereka telah meyakini kematiannya. “Injil-injil” mereka menyebut, Isa disalib pada Jum’at dini hari lalu meninggal pada sore harinya setelah menyeru: “Tuhanku, Tuhanku, mengapa engkau biarkan aku?”1 Selanjutnya pada malam itu, diturunkan dari salib dan dimasukkan ke liang kubur malam itu juga serta terus di dalam kubur hingga malam Ahad. Esoknya, pada hari Ahad, ketika orang-orang datang ke kuburannya ternyata kuburnya telah kosong. Dikatakan kepada mereka bahwa ia bangkit dari kuburnya, lantas tinggal bersama mereka selama 40 hari lalu ia terangkat ke langit sementara mereka melihatnya.
Demikian –secara ringkas– “injil-injil” mereka menyebut. Sebuah keyakinan yang pasti bahwa injil-injil mereka telah mereka selewengkan sehingga cerita semacam ini tidak bisa kita percayai. Terlebih yang jelas bertentangan dengan Al-Qur`an, yaitu penyebutan kematian Isa, penyaliban Isa, dan pembunuhan terhadapya.
Dari kisah tadi mereka meyakini akan kembalinya Isa di mana nantinya ia akan menghisab/menghitung amal manusia, membalas mereka, serta mengumpulkan kembali orang-orang Nasrani. (Dirasat fil Adyan hal. 264, 283)
Ibnu Taimiyyah rahimahullahu menjelaskan: Tiga umat menyepakati berita akan munculnya Al-Masih pembawa petunjuk dari keluarga Dawud dan Al-Masih pembawa kesesatan. Dan mereka sepakat bahwa Al-Masih pembawa kesesatan belum muncul, tapi akan muncul. Mereka juga sepakat bahwa Al-Masih pembawa petunjuk akan datang. Lalu muslimin dan Nasrani sepakat bahwa Al-Masih pembawa petunjuk adalah Isa bin Maryam, sementara Yahudi mengingkarinya, dengan pengakuan mereka bahwa Al-Masih itu memang dari keturunan Dawud. (Dalam pengingkaran ini, -pent.) mereka beralasan bahwa Al-Masih yang dijanjikan adalah yang seluruh manusia beriman kepadanya. Mereka beranggapan, Al-Masih Isa diutus dengan agama Nasrani padahal itu agama yang jelas salah. Karena itu, ketika muncul Al-Masih Ad-Dajjal mereka pun mengikutinya. Maka keluarlah mengikutinya 70.000 Yahudi Ashbahan2 yang memakai jubah hijau.” (Al-Jawab Ash-Shahih Liman Baddala Dinal Masih, 3/324 dinukil dari kitab Badzlul Majhud, 1/262)
Dari keterangan Ibnu Taimiyyah rahimahullahu di atas, kita bisa mengambil suatu bantahan terhadap sikap Yahudi, di mana yang mereka sebut Al-Masih Al-Muntazhar itu sejatinya adalah Nabi Isa bin Maryam ‘alaihimassalam. Namun sejak diutusnya, mereka sudah mengingkarinya, bahkan melontarkan tuduhan-tuduhan keji serta tuduhan kekafiran kepada Isa dan kepada ibunya sebagaimana termaktub dalam kitab Talmud mereka3. Sehingga mereka, ketika turunnya Isa nanti di akhir zaman, akan menjadi musuh-musuh utama Nabi Isa. Maka terjadilah peristiwa terbunuhnya Al-Masih Ad-Dajjal pembawa kesesatan oleh Al-Masih Ibnu Maryam, pembawa hidayah. Sebagaimana terjadi pula peperangan antara pengikut masing-masing Al-Masih.
Lantas, Al-Masih apa yang dinanti Yahudi dengan segala harapan dan ‘kesabaran’ mereka? Ternyata dia adalah Al-Masih Ad-Dajjal, sang pembawa kesesatan, yang ternyata juga seorang Yahudi.
Adapun keyakinan Nasrani, walaupun mereka sepakat dengan muslimin bahwa yang dimaksud adalah Isa bin Maryam, namun pada perincian keyakinan mereka sangat jauh berbeda dan sangat bertolak belakang. Karena orang Nasrani meyakini Isa sebagai Tuhan dan nanti akan menghisab/menghitung amalan manusia serta membalasi amal mereka. Adapun muslimin meyakini bahwa Isa naik sebagai manusia, demikian pula turun sebagai manusia sebagaimana perincian yang telah lewat.
Atas dasar keyakinan mereka itu, mereka sejatinya lebih dekat kepada Al-Masih Ad-Dajjal, karena Dajjal nanti akan mengaku sebagai Tuhan dan akan membawa semacam surga dan neraka, menguji manusia dan membalas mereka. Sehingga bila seorang Nasrani tidak beriman akan kemanusiaan Al-Masih Ibnu Maryam, tentu ia akan menjadi pengikut Al-Masih Ad-Dajjal.
Hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kami memohon keselamatan.
1 Dari kata-kata yang mereka kisahkan ini, kalau mereka jujur, mereka akan mengetahui bahwa Isa ‘alaihissalam sesungguhnya bukan Tuhan. Bahkan ia adalah seorang hamba yang butuh pertolongan Tuhannya.
Al-Masih Versi Al-Qiyadah Al-Islamiyah
Adalah salah satu kelompok yang memanfaatkan keyakinan akan munculnya Al-Masih. Pencetus aliran ini mengaku bahwa dirinya telah mendapat wahyu di gunung Bunder, Bogor, dan menjadi Al-Masih, atau yang diistilahkan Mesias yang dijanjikan sebagai penyelamat. Dia sebut dirinya sebagai Al-Masih Al-Maw’ud, artinya Al-Masih yang dijanjikan.
Disayangkan, kawanan Al-Masih Palsu ini telah berhasil merekrut demikian banyak pengikut dari kalangan mahasiswa dan pelajar di berbagai penjuru tanah air. Cara yang mereka lakukan adalah dengan mengelabui pelajar muslim untuk mempelajari Al-Qur`an, namun mereka tafsirkan sesuai dengan misi mereka. Lantas mereka kait-kaitkan dengan ajaran Yesus yang ujung-ujungnya mencampur-adukkan antara ajaran Islam dan Kristen. Nampak dari luar Islam tapi dalamnya Kristen.
Mereka sendiri tidak melaksanakan syariat Islam, termasuk yang terpentingnya yaitu shalat lima waktu. Mereka menganggap orang yang shalat sebagai orang musyrik, dan bercita-cita memerangi orang-orang yang shalat. Syahadatnya pun sudah berbeda, bukan lagi “Asyhadu anna Muhammadarrasulullah” tapi “Asyhadu Anna Al-Masih Al-Maw’ud Rasulullah.” Ini adalah kekafiran yang nyata!!! Namun tetap saja mereka mengelak ketika ditanya tentang syahadat mereka.
Dan pelbagai keyakinan Al-Qiyadah Al-Islamiyyah yang sangat menyimpang dari prinsip ajaran Islam yang murni masih banyak. Apakah demikian Al-Masih yang dijanjikan?! Kalau dia tetap sebut dirinya Al-Masih maka dia Al-Masih Ad-Dajjal cilik, artinya Al-Masih pendusta/pemalsu kecil. Maka waspadalah wahai kaum muslimin, gerak mereka masih senyap, belum terang-terangan. Lebih jauh tentang Al-Qiyadah Islamiyyah ini dapat dikaji di bagian lain majalah kita ini.
Silahkan mengcopy dan memperbanyak artikel ini
dengan mencantumkan sumbernya yaitu : www.asysyariah.com